Umur Tak Bisa Membuatku Menyerah

Di desa Kembang Kuning, Windusari, Magelang, Jawa Tengah; tinggal seorang pria
Mbah kemi namanya , tua dan renta dengan berbahasa Jawa yang benar-benar halus dan suara yang parau menandakan sudah berumurnya beliau. Ketika melihat tubuh yang renta itu saya tidak menyangka bahwa umur beliau 123 tahun. Tinggal di sebuah gubuk kecil beralaskan tanah, berdinding rotan dan kayu. hidup sehari2 di lalui mbah kemi seorang diri. Gubuk tersebut dibangun warga desa nya krn perasaan iba kepada lelaki tua ini. dia sampai di desa itu krn ikut jepang kerja paksa (romusha) membuat jalan. tanah di kampungnya sudah tidak ada lagi. sehari-hari mbah kemi pergi mengikuti pengajian di desa lainnya yg jaraknya berpuluh puluh kilometer dr gubuknya,jarak itu dia tempuh dengan berjalan kaki dan ditemani dengan tongkat nya,walau jalan raya sudah dipenuhi lalu lalang motor ojek dan mobil angkutan umum. di pengajian itu dia mempertebal keimanannya kepada sang Khalik,berharap dosa dosanya di ampuni Yang Maha Kuasa. sisa sisa makanan waktu pengajian dia bawa pulang untuk bekal makan 3 hari ke depan,walau dlm kondisi yg sudah bau dan berubah rasa,di lidah mbah kemi tetap berasa lezat. Ketika ia kehabisan makanan maka ia bertolak ke Masjid dekat gubuknya untuk mengambil air yang nanti nya akan di masak untuk memenuhi perutnya yang kosong, Subhanalloh walaupun begitu beliau jarang terkena penyakit. tak jarang orang orang yg hadir di pengajian itu memberi sedekah ala kadarnya kepada mbah kemi. sedikit demi sedikit uang itu di tabung mbah kemi,setelah dirasa cukup dia akan menambah koleksi kitab kuningnya. kitab kuning adalah bacaan mbah kemi sehari hari sesudah menunaikan shalat 5 waktu. untuk seumuran dia,rasanya tak percaya dia masih bisa membaca tulisan di kitab itu,mungkin itu salah satu mukjizat yg diberikan Alloh kepadanya.

Di dalam gubuk kecil itu dia hanya tinggal sebatang kara tanpa di temani istri dan anak-anaknya. Anaknya tinggal di Sulawesi, dan istrinnya……. Ada cerita tersendiri mengenai istinya. Mbah Kemi sudah pernah 2 kali menikah, Istri pertamanya ia ikhlaskan kepada guru mengajinya yang buta. Suatu ketika sang guru mengajinya meminta tolong kepada mbah Kemi untuk mencarikan Istri untuknya yang kira – kira sifat dan kepribadiaan nya seperti Istri Mbah Kemi. Dan ketika itu pula mbah kemi menjawab “iya”. Demi menghargai sang guru, akhirnya mbah kemi meminta istrinya untuk rela mendampingi sang guru yg buta. si istri yg setia selama ini mendampingi hidup mbah kemi terang saja menolak permintaan mbah kemi. sampai tengah malam si istri menangis dan terus menolaknya. mbah kemi pun memutuskan untuk tidur di bawah dipan kayu yg reot sementara si istri tidur lelap di atas dipan itu. ketika bangun pagi si istri pun menyatakan kesediaannya untuk memenuhi permintaan mbah kemi agar si istri mau menjadi istri dari guru mbah kemi. satu kalimat yg terlontar dr mulut mbah kemi ketika menyudahi cerita ini " harusnya saya mengucapkan Insya Alloh waktu itu,tapi saya sudah terlanjur mengucapkan kata iya,bagi saya berat memutuskannya tapi saya ikhlas demi Alloh !! " istri ke 2 nya juga sudah meninggalkannya 30 tahun yg lalu,berpindah ke kalimantan ikut dgn anaknya.
namun tuhan belum juga menjemput ajal mbah kemi,menjelang ramadhan mbah kemi punya niat untuk meng qurban kan seekor kambingnya di hari raya qurban nanti. karena tanduk kambingnya belom tumbuh,maka dia menjual satu ekor untuk di ganti dgn kambing yg sudah dewasa, hasil penjualan kambing itu cuma laku Rp 500.000. tanggal 3 ramadhan 1428 H mbah kemi turun dr gubuknya setelah menunaikan sholat subuh,berjalan kaki menempuh jarak 4 kilometer menuju pasar ternak.sampai di pasar itu dia mencoba menanyakan harga kambing dewasa, si penjual menyebut harga 1 juta rupiah. tanpa tawar menawar mbah kemi pun mengeluarkan gulungan uang kertas yg diikatnya dgn karet gelang dr dalam lipatan kain sarungnya.

para pembeli lainnya yg dr tadi sibuk tawar menawar hanya terdiam seakan tak percaya dgn apa yg baru saja dilihatnya,seorang tua berpakaian lusuh mengenakan kain sarung,membayar seekor kambing seharga 1 juta tanpa menawar sedikit pun. setelah membayar mbah kemi pun kembali pulang berjalan kaki menuntun seekor kambing yg nantinya akan menjadi santapan orang di kampungnya di lebaran haji nanti.

setiap hari mbah kemi kembali mencarikan rumput untuk ke dua ekor kambingnya,kalo mau pergi pengajian,tak lupa mbah kemi melebihkan rumput2 untuk piarannya itu.

tibalah hari yg di nanti. seluruh umat islam di penjuru bumi melaksanakan hari raya idul adha. bagi mereka yg mampu akan memenuhi panggilan Alloh menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah. mbah kemi pun punya niat untuk memenuhi panggilan ke tanah suci,tapi apa daya dia tidak mampu menyanggupinya,untuk saat sekarang dia cuma mampu ber qurban satu ekor kambing untuk di sembelih. setelah selesai menunaikan shalat idul adha,mbah kemi kembali ke gubuknya untuk mengambil satu ekor kambing yg siap di qurbankan untuk warga kampungnya. 4 ekor kambing yg di sembelih saat itu,salah satunya adalah milik mbah kemi, 3 ekor lainnya adalah sumbangan dr orang2 di kota magelang. satu satunya orang di kampung itu yg ber qurban adalah mbah kemi.

mbah kemi pun duduk terdiam menatapi orang2 yg sibuk bekerja memotong motong daging kambingnya. dia tidak ikut antri menunggu jatah daging qurban,biarlah warga kampungnya menikmati enaknya daging kambing di hari raya qurban ini. esok harinya kembali mbah kemi mencarikan rumput segar untuk seekor kambingnya yg nanti akan di qurbankan juga untuk warga kampungnya di hari ajal menjemput dia.

Sungguh suatu kisah yang benar-benar membuat saya menitihkan air mata dan menyadarkan saya betapa hidup ini sesungguhnya milik sang Pemilik semesta, sang Pemilik Jasad dan Ruh manusia, saya merasa betapa hina dan rendahnya hidup saya dibandingkan dengan Seorang kakek renta yang rela mendedikasikan sisa hidupnya hanya untuk keselamatan dunia dan akhirat, seorang kakek renta yang berjiwa besar, seorang kakek yang tidak mengenal jarak dan halangan demi kecintaannya Beribadah, seorang kakek renta penyabar yang menerima rezekinya apa adanya. Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita bersyukurlah kita diberi kenikmatan yang sungguh jika dibandingkan dengan mbah kemi kita jauh lebih beruntung. Satu yang sampai sekarang ia yakini untuk sisa hidupnya itu yaitu, “menuntut ilmu agama demi keselamatan dunia dan akhirat.” Pertanyaan demi pertanyaan terus memenuhi kepalaku. Sudahkah diri ini banyak bersyukur kepada Yang Maha Kuasa? Sejauh apa diri ini mengejar kebahagiaan akhirat sementara ini kita terlena dengan kebaikan-kebaikan dunia kita disibukkan dengan kesibukan dunia dan lalai dengan takdir kita sebagai khalifah?
Semoga dengan kisah ini keimanan kita dapat bertambah dan semakin semangat untuk beristiqomah serta terus bersyukur kepada sang Khalik.

“Maka nikmat yang mana yang kamu dustakan?”

Daus


Copyright 2006 | Andreas02v2 by GeckoandFly and TemplatesForYou | Design by Andreas Viklund
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.TFY Burajiru